Kemarin pas dolan bareng Rois, ngobrol banyak hal di mobil. Salah satu istilah yang muncul adalah Duwit Lanang. Maklum di Model Manajemen Keuangan Keluarga kami tidak mengenal istilah itu. Kami lebih memilih menggunakan nafkah istri dan nafkah keluarga, malah tidak banyak menggunakan uang laki-laki.
Sebab basicnya yang cari nafkah adalah laki-laki, maka dari penghasilan itu anggaran yang dibedakan malah seharusnya nafkah istri dan nafkah keluarga. Di luar itu default nya adalah punya laki-laki.
Sayangnya praktek yang terjadi adalah nafkah keluarga dan istri dicampur dijadikan satu. Nafkah istri itu tidak ada patokan tertentu, tetapi penggunaannya adalah terserah istri. Penggunaannya tidak membutuhkan LPJ istri ke suami. Sebab itu benar-benar untuk istri.
Sebaliknya nafkah keluarga itu yang dikelola bersama dan membutuhkan LPJ atau evaluasi bersama. Nafkah keluarga itu untuk keseluruhan operasional keluarga dan termasuk di dalamnya jika ada tabungan-investasi keluarga.
Bagaimana jika si suami mau traktir teman atau bersosialisasi dan juga mengekspresikan hobi? Kami lebih memilih untuk terbuka dan tetap menggunakan anggaran. Jadi suami dan istri terbuka dalam mengelola keluarganya.
Keluarga Bebas Hutang
Agar hidup lebih bahagia dan damai tanpa hutang.
Saya ingat betul saat baru beberapa hari menikah, bapak mertua terang-terangan mengajarkan kepada saya cara menyembunyikan Duwit Lanang di belakang lukisan. 😅
Ternyata kebanyakan bapak-bapak lebih suka tertutup untuk urusan keuangan kepada istrinya. Apalagi ketika istri bisa cari nafkah sendiri, tambah tidak akan ada anggaran nafkah istri sama sekali.
Pantesan ibu-ibu berbinar ketika kami jelaskan tentang nafkah istri. Dan bapak-bapak wajahnya kecut ketika tahu ada nafkah istri 🤣.
– – – – –
Singkatan SUAMI (Semua Uang Adalah Milik Istri) juga tidak dibenarkan. Oya termasuk uang suami milik istri dan uang istri milik istri.. itu juga tidak pas. Yang lebih pas : Uang suami sebagian untuk nafkah keluarga dan nafkah istri. Sedangkan uang istri adalah milik istri.